Kamis, 20 Maret 2014

Review Jurnal

Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan pada PT Astra International Tbk Periode 2007-2009

PENDAHULUAN

Sejak tahun 2008, banyak sekali negara yang mengalami krisis global termasuk Indonesia. Banyak perusahaan besar mengalami penurunan pendapatan usaha dikarenakan penurunan market power. salah satu contoh adalah PT Astra International Tbk, dimana tahun 2008 merupakan tahun yang membutuhkan antisipasi khusus, mengingat keadaan ekonomi dan pasar otomotif yang diproyeksikan mengalami penurunan sebagai dampak krisis global yang mengakibatkan terjadinya krisis finansial. Dengan proyeksi seperti itu, PT Astra International Tbk mengandalkan dua kekuatan utamanya untuk mengamankan pendapatan usaha di tahun 2009. Hal ini dikemukakan  http://issuu.com/epaper-kmb/docs/bjk03032011 dalam annual report tahun 2009 yang menggambarkan kondisi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan memerlukan suatu strategi dan perencanaan yang baik dalam menjalankan usaha agar tetap bertahan. Untuk itu seorang manajer perlu menganalisis laporan keuangan untuk mendeskriptifkan kondisi perusahaan dan bagaimana perusahaan agar lebih efektif dan efisien.

Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh perusahaan dalam menggambarkan bagaimana kondisi keuangan pada periode tertentu. Dengan demikian penilaian kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari suatu laporan keuangan yang telah
diterapkan oleh perusahaan guna menghasilkan informasi yang berguna bagi smua pihak, baik pihak eksternal maupun pihak internal dalam pengambilan keputusan yang akan diterapkan oleh perusahaan tersebut. Bagi investor selaku pihak eksternal, laporan keuangan sangat berperan penting dalam memberikan gambaran mengenai aktivitas keuangan baik dalam kinerja keuangan maupun operasi perusahaan. Salah satu hal yang dilihat oleh investor dalam berinvestasi adalah kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan akan selalu mempublikasikan laporan keuangannya agar para calon investor dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan prospek perusahaan tersebut ke depan. Dengan kata lain, sebuah laporan keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para calon investor saat melakukan investasi. Dalam perusahaan yang listing di bursa efek laporan keuangan biasanya bersifat transparan atau dipublikasikan ke masyarakat selaku investor. Sedangkan pada pihak internal dapat mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan yang ada pada suatu perusahaan sehingga dapat dengan segera mengambil tindakan untuk mengatasi kelemahan yang ada dengan melakukan pengambilan keputusan mengenai strategi dan kebijakan-kebijakan yang akan diambil secara tepat guna dan mencapai sasaran.

Informasi yang didapat dari laporan keuangan sangat penting dalam mengetahui posisi keuangan, hasil-hasil yang dicapai serta kegagalan yang diterima perusahaan. Oleh sebab itu analisis terhadap laporan keuangan sangatlah penting dalam menentukan sesuatu yang akan dilakukan di periode berikutnya. Laporan keuangan dapat memiliki tingkat informasi yang baik apabila dilakukan perbandingan antara dua tahun atau lebih laporan keuangan dengan menggunakan analisis-analisis keuangan yang akan menggambarkan kebijakan-kebijakan perusahaan dan bagaimana perusahaan bertindak (konservatif atau agresif) serta hasil-hasil yang didapat oleh perusahaan yang akan membantu atau mendukung keputusan yang akan dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal.

PT Astra Internasional Tbk didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990, Perseroan mengubah nama menjadi PT Astra International Tbk dan selanjutnya pada tahun 1997 menjadi PT Astra International Tbk. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan Perseroan adalah perdagangan umum, perindustrian jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat-alat berat, jasa pertambangan, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, dan teknologi informasi.

Analisis yang akan dilakukan pada laporan keuangan PT Astra International Tbk tahun 2007-2009 ditujukan penulis agar dapat mengevaluasi dan mengetahui bagaimana aktivitas perusahaan selama tahun 2007-2009 sehingga penulis dapat mengetahui aktivitas-aktivitas perusahaan dilihat dari kinerja keuangannya, kelemahan-kelemahan aktivitas kinerja keuangan perusahaan, kebijakan-kebijakan perusahaan, dan berupaya memberikan simpulan dan saran dalam memperbaiki kinerja keuangannya di tahun berikutnya.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang akan menjadi pokok pembahasan, yaitu sebagai berikut:

1.      Bagaimana analisis laporan keuangan PT Astra International Tbk pada periode 2007-2009?

2.      Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan serta perkembangannya selama periode 2007-2009?

3.      Apa masalah yang timbul dari laporan keuangan perusahaan?

4.    Bagaimana analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan PT Astra International Tbk pada periode 2007-2009?


METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta dan karakteristik suatu perusahaan, yang dilakukan dengan mengidentifikasi masalah yang ada dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Data-data yang dikumpulkan berupa Laporan Keuangan PT Astra International Tbk tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Data-data tersebut kemudian digunakan penulis dengan Analytical Procedures untuk menganalisis laporan keuangan PT Astra International Tbk dengan membandingkan setiap periode laporan keuangan menggunakan analisis rasio, analisis vertikal dan analisis horizontal.

Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan periode tahun 2007 - 2009 pada perusahaan yang go public pada Bursa Efek Indonesia yaitu PT Astra International Tbk meliputi laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan lima variabel independen dan satu variabel dependen, yaitu:

1.        Variabel bebas atau independen (X), terdiri dari:
a.         Rasio likuiditas (liquidity ratio) (X1)
b.        Rasio solvabilitas (leverage ratio) (X2)
c.         Rasio aktivitas (activity ratio) (X3)
d.        Rasio profitabilitas (profitability ratio) (X4)
2.        Variabel tidak bebas atau dependen (Y), adalah kinerja keuangan PT Astra International

Tbk periode 2007-2009.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Astra International Tbk yang berupa neraca dan laba rugi. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data-data keuangan yang berupa neraca, laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi PT Astra International Tbk tahun 2007-2009

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan PT International Otoparts Tbk dengan akhir tahun pembukuan pada tanggal 31 Desember 2007, 2008, dan 2009 yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

Pengujian Hipotesis Uji parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel indepeden yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen secara parsial (Ghozali, 2005:55). Hipotesis statistiknya adalah:
H1 : Rasio likuiditas berpengaruh dalam mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.

H2 : Rasio solvabilitas berpengaruh dalam mengetahui sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dimodali oleh modal pinjaman

H3 : Rasio aktivitas berpengaruh dalam mengukur kecepatan dan efektivitas perusahaan dalam mengelola aset.

H4 : Rasio profitabilitas berpengaruh mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

H5 : Rasio pasar berpengaruh dimana rasio yang berhubungan dengan nilai pasar yang diukur dengan harga saham yang sebenarnya untuk memeroleh nilai akuntansinya.

Kesimpulan dapat diambil dengan melihat nilai signifikansi yang terdapat dalam tabel Koefisien Regresi/Coeficients dengan kriteria Ha diterima jika nilai signifikansi masing-masing variabel independen lebih kecil dari tingkat signifikansi a, dimana a adalah 5% (0,05).


HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan yang penting bagi perusahaan.

Hasil yang didapat oleh penulis adalah berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan pada periode 2007 sampai dengan periode 2009, pada kelompok automotif yang telah go public yaitu PT Astra International Tbk.

Adapun metode yang digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah analisis horizontal (dinamis) dengan menggunakan teknik analisis rasio yaitu teknik analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu, atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

Adapun Kinerja Perusahaan PT Astra International Tbk diukur berdasarkan :
Rasio Likuiditas untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari:

a.         Current Ratio

Current ratio digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Current ratio dapat dihitung menggunakan rumus berikut : 

Current Ratio = Aktiva Lancar
          Hutang lancar
b.        Quick Ratio

Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Pada rasio cepat tidak diperhitungkan persediaan karena persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang sulit untuk segera dicairkan, salah satunya disebabkan karena sering terjadi fluktuasi harga. Quick ratio dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Quick Ratio = Kas                 + setara kas + surat berharga + piutang usaha
                       Hutang lancar
c.         Collection Period

Rasio ini harus dibandingkan dengan pesaing untuk melihat apakah kredit yang diberikan, dan risiko pelanggan, sejalan dengan industri. Sebuah periode penagihan yang tinggi menunjukkan biaya yang tinggi dalam penyaluran kredit kepada nasabah. Collection Period dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Collection Period = Piutang               rata-rata
        Penjualan : 360
d.        Days to Sell Inventory

Ukuran kinerja keuangan perusahaan yang memberikan investor gambaran berapa lama perputaran persediaan perusahaan menjadi penjualan. Umumnya, semakin rendah akan baik berdampak kepada perusahaan. Days to Sell Inventory dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

 Days to Sell Inventory = Persediaan rata-rata              
                                                Harga Pokok Penjualan : 360
Hasil penghitungan rasio likuiditas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International Tbk periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel I berikut ini:

Tabel I
Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas

2007
2008
2009
Current ratio

0.91
0.93
1.29
Quick ratio

0.52
0.65
0.61
Collection period
25 hari
52 hari
59 hari
Days to sell inventory
29 hari
48 hari
65 hari


Nilai current ratio yang tertinggi di tahun 2009 yang dikarenakan adanya peningkatan di pos persediaan yang cukup signifikan. Persediaan pada tahun 2009 yang meningkat lebih dikarenakan adanya jumlah hari untuk menjual persediaan yang meningkat. Dengan demikian nilai aktiva lancar yang dimiliki perusahaan pada tahun 2009 lebih dapat menjamin kewajiban lancar yang harus dibayarkan dibandingkan tahun 2007 dan 2008 namun karena angka current ratio ini tidak terlalu besar maka dapat dikategorikan baik bagi PT Astra

International Tbk.

Berdasarkan perhitungan quick ratio dapat diketahui bahwa rasio tertinggi adalah tahun 2008 yang dikarenakan adanya peningkatan yang cukup signifikan, yaitu kas dan setara kas dan piutang usaha kepada pihak ketiga sebagai komponen aktiva lancar PT Astra International Tbk. Hal ini berarti aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam menghadapi likuiditas perusahaan sebesar 0.65 kali dari kewajiban lancar perusahaan.

Berdasarkan perhitungan collection period, pada tahun 2009 mengalami peningkatan dan pertumbuhan yang cukup signifikan. Pengaruh ekonomi dan kebijakan perusahaan berdampak pada hal ini dan berdampak negatif terhadap perusahaan. Kebijakan perusahaan tersebut untuk menunjang aktivitas operasional perusahaan. Namun hal ini dapat dikategorikan kurang baik karena jumlah hari untuk menagih utang perusahaan sebesar 59 hari dan tidak berbeda jauh dengan waktu dua bulan yang di kategorikan buruk.

Days to sell inventory pun memiliki angka yang tinggi di tahun 2009 yaitu selama 65 hari. Hal ini dikarenakan dampak krisis finansial yang dialami oleh PT Astra International Tbk di kuartal akhir tahun 2008 serta di tahun 2009 dimana adanya penurunanan penjualan di sektor otomotif yaitu mobil sebesar 20% dan motor sebesar 6,4%. Bagian usaha ini adalah bagian utama dari PT Astra International Tbk, itu berarti perputaran persediaan terhadap penjualan perusahaan kurang baik karena semakin lama semakin buruk apalagi nilai rasio jumlah hari untuk menagih persediaan ini diatas dua bulan dan dapat dikategorikan sangat buruk.

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas (leverage ratio) untuk mengetahui sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dimodali oleh modal pinjaman. Rasio ini menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun assets, atau dengan kata lain kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik utang jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari :

a.        Debt to Equity Ratio

Rasio ini menggambarkan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio dapat dihitung menggunakan rumus berikut : 

Debt to Equity Ratio = Total kewajiban
                                            Ekuitas Pemegang Saham


b.        Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini harus digunakan bersama dengan informasi keuangan lainnya untuk menentukan apa yang sesuai. Sebuah perusahaan mungkin menguntungkan baik disajikan untuk mengambil utang baru dalam rangka meningkatkan keuntungan tambahan. Long Term Debt to Equity Ratio dapat dihitung menggunakan rumus berikut : 

Long Term Debt to Equity Ratio = Kewajiban jangka panjang
                                                               Ekuitas pemegang saham


c.         Times Interest Earned

Rasio ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana yang laba yang tersedia untuk memenuhi pembayaran bunga. Times Interest Earned dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Times Interest Earned = Laba sebelum pajak dan beban bunga
                                                            Beban bunga

Hasil penghitungan rasio solvabilitas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International Tbk periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel II berikut ini :

Tabel II
Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas
2007
2008
2009
Debt to equity ratio
1.12
1.32
1.14
Long term debt to equity ratio
0.38
0.37
0.35
Time interest earned
16.68
24.23
32.56





Dilihat dari debt equity ratio dilihat bahwa pada tahun 2008 pada PT Astra International Tbk memiliki nilai yang besar namun memiliki pertumbuhan penurunan di tahun 2009. Hal ini berarti lemahnya ekuitas perusahaan dalam menutupi utang yang diambil oleh perusahaan. Selain itu adanya alternatif pemilihan penggunaan utang daripada penanaman modal oleh pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan berdampak negatif terhadap perusahaan.

Hal yang sama terjadi pada long term debt to equity ratio, karena pada tahun 2007 juga yang memiliki nilai rasio yang lebih tinggi. Disini dapat dilihat bagaimana perusahaan mencoba mengambil utang baru demi meningkatkan hasil perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Terlihat dimana meningkatnya pinjaman utang dari pihak ke tiga dan kepada pihak yang memiliki hubungan istimewa. Semakin tinggi rasio ini akan berdampak negatif terhadap perusahaan.

Berdasarkan times interest earned, pada tahun 2009 memiliki angka rasio yang tinggi. Hal ini berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum pajak dapat sesuai dan baik terhadap beban bunga atas sebagian pinjaman. Disini bagaimana pemilik saham PT Astra International Tbk baik dalam mengambil alternatif utang yang menghasilkan keuntungan tambahan dari selisih beban bunga atas pinjaman yang dilakukan terhadap laba sebelum pajak PT Astra International Tbk.
Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas (activity ratio) untuk mengukur kecepatan dan efektivitas perusahaan dalam mengelola assets. Rasio aktivitas terdiri dari :

a.        Cash Turnover

Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Cash Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Cash Turnover =   Penjualan
                               Rata-rata kas dan setara kas 


b.        Account Receivable Turnover
Jumlah rata-rata waktu yang diperlukan bagi suatu usaha untuk mengumpulkan pada surat piutang. Hal ini dihitung dengan mengalikan jumlah piutang usaha dengan jumlah hari dalam suatu periode tertentu dan membagi ke dalam jumlah total penjualan kredit. Perputaran piutang usaha adalah cara untuk menentukan bagaimana risiko kredit bisnis dibandingkan dengan pesaingnya. Account Receivable Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Account Receivable Turnover = Penjualan

                                                    Rata-rata piutang usaha

c.         Inventory Turnover

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini digunakan untuk menilai efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Inventory Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Inventory Turnover =  Harga pokok penjualan

                                    Rata-rata persediaan

d.        Working Capital Turnover

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dan utang lancar. Working Capital Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Working Capital Turnover =  Penjualan

                                                Rata-rata model kerja

e.         Fixed Asset Turnover

Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan dalam rangka menghasilkan penjualan, atau beberapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvetasikan pada aktiva tetap. Fixed Asset Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Fixed Asset Turnover = Penjualan

                                       Rata-rata aktiva tetap

f.          Total Asset Turnover

Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan seluruh assets perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan beberapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Jika perputaranya lambat, ini menunjukan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Total Asset Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Total Asset Turnover = Penjualan
                                    Total aktiva



Hasil penghitungan rasio solvabilitas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International Tbk periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel III berikut ini :

Tabel III

Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas
2007
2008
2009
Cash turnover
12.77
5.8
4.63
Account receivable turnover
14.35
6.98
6.12
Inventory turnover
12.51
3.75
5.53
Working capital turnover
-22.61
-9.69
5.88
Fixed assets turnover
1.63
1.03
1.03
Total assets turnover
1.16
0.69
0.57

Cash turnover pada tahun 2007 pada PT Astra International Tbk memiliki angka rasio yang paling besar yaitu 12,77 dibandingkan dengan tahun 2008 dan tahun 2009. Hal ini berarti, tingkat efisiensi pengelolaan kas terhadap penjualan yang baik dari tahun 2007 dan 2008. Terdeskripsikan bagaimana efisiensi kas dan setara kas perusahaan dapat di optimalkan seoptimal mungkin. Hal ini dilakukan oleh PT Astra Internasional untuk memperbaiki kinerja yang menurun karena di tahun 2005 tepatnya di kuartal terakhir terjadi kenaikan bahan bakar dunia sehingga mengakibatkan peningkatan biaya serta penurunan pendapatan karena melemahnya pasar akan permintaan produk-produk dari PT Astra International Tbk ini.

Dari perhitungan di atas bahwa rasio account receivable turnover tertinggi adalah pada tahun 2007 sebesar 14,35, berarti bagaiamana adanya pengalokasian piutang yang baik untuk menghasilakan aktivitas operasi yang baik dan tingkat resiko atas kredit yang diberikan kepada pihak lain dapat berkurang. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat piutang meningkat lebih disebabkan strategi PT Astra International Tbk untuk meningkatkan permintaan pasar untuk perusahaan induk maupun subsidiary dimana dampak krisis berusaha di minimalisasi.

Dari perhitungan diatas diatas bahwa rasio inventory turnover tertinggi adalah pada tahun 2007 sebesar 12,51. Dalam hal ini berarti pada tahun tersebut tingkat efisiensi pengelolaan persediaan perusahaan yang baik dalam menunjang hasil operasi dan kinerja perusahaan. Tingkat aktivitas yang baik digunakan perusahaan untuk menutupi sebagian utangnya pada tahun 2008 dari tahun ke tahun karena apabila dilihat dari rasio pada tahun 2007 terlihat bagaimana PT Astra International Tbk lebih mendanai dan membiayai assets dengan mengambil utang. Sedangkan pada tahun 2009 mengalami kenaikan kembali dampak dari krisis finansial dimana terjadi penurunan permintaan terhadap produk PT Astra International Tbk di sektor otomotif yaitu mobil sebesar 20% dan motor sebesar 6,4%.

Dilihat dari working capital ratio, angka yang positif hanya di tahun 2009 sebesar 5,88. Hal ini berarti bagaimana modal kerja perusahaan dalam menunjang penjualan dapat seoptimal mungkin diputar untuk menghasilkan pendapatan. Dan hal itu lebih kepada current assets perusahaan dibandingkan utang lancar perusahaan. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 memiliki working capital ratio negatif yaitu sebesar -22,61 dan -9,69. Hal ini berarti porporsi utang usaha lebih besar dibandingkan aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam menunjang penjualan. Hal ini tidak terlepas dari alternatif pilihan PT Astra International Tbk dalam mengambil utang sebagai pendanaan dan pembiayaan aset namun pembiayaan dari utang itu terbilang golongan conservative, dimana ada sebagian utang yang terus menerus diambil oleh perusahaan memiliki proporsi tersendiri terhadap peningkatan investasi baik dalam periode jangka pendek maupun jangka panjang di tahun tertentu pada investasi PT Astra International Tbk.

Dari perhitungan diatas rasio perputaran aktiva tetap yang paling tinggi adalah pada tahun 2007 sebesar 1,63, karena adanya hasil dari perputaran aktiva tetap yang baik sehingga penjualan meningkat lebih besar pertumbuhannya dibandingkan dengan pertumbuhan aktiva tetap. Berdasarkan hasil rasio perputaran total aktiva, tahun 2009 memiliki angka yang paling rendah. Hal ini berarti bagaimana pemanfaatan total aktiva yang dimiliki perusahaan yang baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2008 dan 2009. Dalam analisis aktivitas terutama berhubungan dengan assets perusahaan, perusahaan lebih cenderung berusaha memanfaatkan assets yang ada secara optimal dan semaksimal mungkin untuk menutupi utang perusahaan terlihat dari analisis rasio aktivitas di tahun 2007 yang semakin optimum dan pengurangan jumlah kewajiban yang harus diserahkan oleh PT Astra
International Tbk.

Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas (profitability ratio) untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari :

a.        Gross Profit Margin

Margin yang mengukur tingkat keuntungan kotor perusahaan. Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus, karena itu artinya biaya produksi perusahaan itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin laba kotor semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Gross Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus berikut :


Gross Profit Margin = Penjualan – Harga pokok penjualan
                                                     Penjualan        

b.        Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur tingkat keuntungan perusahaan dari kegiatan operasi utamanya. Semakin tinggi margin laba operasi perusahaan, semakin bagus perusahaan itu. Operating Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus berikut :


Operating Profit Margin =  Laba operasi
                                                           Penjualan

c.         Pretax Profit Margin

Rasio mengukur tingkat keuntungan sebelum pajak. Semakin tinggi margin laba sebelum pajak maka pajak yang dibayarkan akan semakin tinggi namun semakin tinggi laba sebelum pajak ini berdampak positif terhadap perusahaan. Pretax Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Pretax Profit Margin = Laba sebelum pajak
                                                       Penjualan

d.      Net Profit Margin

Rasio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mencetak laba bersih (penjualan dikurangi semua biaya dan pajak). Semakin tinggi margin laba bersih semakin bagus karena itu berarti perusahaan mampu mencetak tingkat keuntungan yang tinggi. Diharapkan, ia juga bisa membagikan dividen yang tinggi pula untuk pemegang saham. Net Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

e.       Return on Assets

Rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan. Return on Asset dapat dihitung menggunakan rumus berikut :


Return on Assets =
f.    Return on Equity

Kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia untuk pemegang saham. Semakin tinggi ROE semakin bagus perusahaan tersebut. Return on Equity dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

Return on Equity =      Laba bersih
                                    Total ekuitas pemegang saham

                                                      

Hasil penghitungan rasio profitabilitas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International Tbk periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel IV berikut ini:

Gross profit margin PT Astra International Tbk tertinggi terdapat di tahun 2008 sebesar 23,49%. Hal ini berarti adanya penurunan jumlah kos produksi unit barang yang akan dijual dan adanya pertumbuhan penjualan yang relatif stabil di tahun sebelumnya. Penurunan biaya produksi selain adanya kestabilan kondisi eksternal maupun internal perusahaan, adanya strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan di tahun 2009. Penurunan harga pokok produksi juga merupakan strategi PT Astra International Tbk untuk meningkatkan penjualan bagian bidang perusahaan yang terkena dampak sebagai suatu yang dapat meminimalisasi dampak krisis tersebut. Dampak krisis finansial terhadap beberapa bagian usaha PT Astra International terutama bagian otomotif berdampak pada perusahaan namun ada bagian usaha seperti batu bara dan minyak kelapa sawit milik PT Astra International yang mengalami peningkatan yang dapat meminimalisasi krisis tersebut. Harga pokok yang relatif kecil mungkin akan mengurangi pendapatan bersih perusahaan namun akan membantu perusahaan dapat meningkatkan persaingan di bidang harga.

Berdasarkan hasil perhitungan operating profit margin, nilai rasio yang tertinggi di tahun 2008 sebesar 14,29%. Hal ini berarti perusahaan perusahaan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dalam hal pencapaian laba dari kegiatan operasinya. Peningkatan margin laba operasi lebih dikarenakan kestabilan ekonomi di tahun 2007 dan tahun 2008 sehingga dilakukan penurunan biaya penunjang penjualan seperti pemasaran dan lain-lain, walau kita tahu bahwa krisis terjadi di tahun 2008 namun hal itu tidak terlalu berdampak pada tahun 2008 melainkan pada tahun 2009 dimana ada sebagian bagian usaha PT Astra International yang memiliki penurunan yang cukup signifikan, contohnya bagian usaha otomotif yang merupakan bagian usaha utama PT Astra International Tbk dimana penjualan mobil turun sebesar 20%, motor 6,4% dan bagian usaha yang lainya.

Pretax profit margin tertinggi terdapat di tahun 2008 disini berarti kemampuan perusahaan baik dalam segi operasi dan non operasi baik dibandingkan tahun sebelumnya. Kemampuan laba diluar operasi perusahaan mengalami kenaikan di tahun 2008 yang terbesar dan tahun 2009. Namun demikian tarif pajak pada tahun ini mengalami jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.
                             
Dilihat dari perhitungan rasio diatas, rasio laba bersih merupakan hal yang paling memberikan informasi yang spesifik. Tingkat rasio terbesar pada tahun 2008, yang berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih baik dan menjanjikan untuk berinvestasi dan sebagai sarana bagi kreditor PT Astra International Tbk untuk menilai risiko atas pinjaman yang diberikan sewaktu-waktu kepada PT Astra International Tbk.

Tingkat pengembalian asset (ROA) tertinggi di tahun 2008. Hal ini berarti kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan baik dan sesuai dengan ekspektasinya.

Berdasarkan rasio tingkat pengembalian asset (ROE), nilai tertinggi di tahun 2007. Hal ini berarti kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia untuk pemegang saham cukup baik dan menjanjikan terhadap investor dibandingkan tahun 2008 dan 2009. Namun hal ini tidaklah cukup baik karena risiko yang tinggi atas pinjaman guna mencapai pendapatan bersih tersebut lebih banyak proporsinya kepada utang untuk membiayai aktiva perusahaan dimana terlihat pada modal kerja pada tahun 2007 yaitu sebesar -2688.



SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil analisis keuangan yang penulis lakukan terhadap penilaian kinerja keuangan pada perusahaan PT Astra International Tbk, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1.      Analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka penulis menyimpulkan bahwa analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena hasil dari analisis akan dapat menghilangkan situasi ketidakpastian dalam informasi sehingga keputusan yang diambil lebih tepat, misalnya dalam hal keputusan investasi, efisiensi operasi, dan penentuan laba di masa yang akan datang.

2.      Kondisi kinerja keuangan PT Astra International Tbk serta perkembangannya selama periode 2007-2009.

Berdasarkan analisis laporan keuangan yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dari keempat rasio yang digunakan memiliki perkembangan yang cukup signifikan terdapat pada rasio aktivitas dimana tingkat keefisienan aktivitas perusahaan terbaik dimiliki pada tahun 2007, sedangkan di tahun berikutnya memiliki rasio yang berkurang secara signifikan. Pada tahun 2007 aktivitas yang dimiliki perusahaan efektif lebih dikarenakan adanya sebagian utang yang diproporsikan untuk meningkatkan kinerja baik jangka pendek maupun jangka panjang, sedangakan pada tahun selanjutnya penurunan lebih dikarenakan adanya krisis finansial dan adanya penurunan penerimaan utang perusahaan terhadap pembiayaan aset dan investasi perusahaan.
3.      Permasalahan yang timbul dari laporan keuangan PT Astra International Tbk. Permasalahan yang timbul itu lebih diakibatkan dari adanya krisis yang terjadi di kuartal akhir tahun 2008 yang memaksa perusahaan mengurangi proporsi utang yang diambil oleh perusahaan guna membiayai aset dan investasi. Hal itu terjadi karena selain terjadi krisis finansial adanya krisis subprime mortage sehingga suku bunga menjadi tinggi. Krisis juga mengakibatkan aktivitas yang dimiliki PT Astra International Tbk tidak seefektif di tahun 2007, berbanding terbalik dengan tahun 2009 dimana aktivitas perusahaan paling tidak optimal sehingga berdampak pada penurunan rasio profitabilitas.

4.      Kinerja keuangan pada PT Astra International Tbk.

Kemampuan perusahaan dalam mengatasi masalah likuidasi yang baik terdapat pada tahun 2009 dimana current assets perusahaan dapat menutupi utang jangka pendek perusahaan. Pada tahun 2008 PT Astra International Tbk memiliki tingkat pertumbuhan utang yang tinggi untuk membiayai aset dan meningkatkan kinerja perusahaan serta meminimalisasikan dampak krisis pada perusahaan yaitu krisis financial yang mengakibatkan beberapa bagian usaha PT Astra International mengalami penurunan pendapatan yang cukup besar, sehingga dalam peminjaman utang bisa lebih dikategorikan konservatif yang dikarenakan utang yang diambil oleh perusahaan berbanding positif dengan hasil yang dicapai perusahaan. Aktivitas yang paling optimum terjadi di tahun 2007 kecuali working capital turnover dimana jumlah utang lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aset lancar perusahaan. Pada tahun 2008 dan 2009 utang lancar terhadap aset lancar mengalami penurunan karena jumlah sebagian utang lancar yang dimiliki oleh perusahaan digunakan untuk membiayai aset. Tahun 2008 merupakan tahun dimana pencapaian profitabilitas yang paling baik walaupun diketahui terjadi krisis pada kuartal akhir di tahun tersebut, sehingga dampak yang dirasakan oleh perusahaan lebih mengarah pada tahun 2009 dimana terjadi penurunan operasi PT Astra International Tbk. Aktivitas yang baik di tahun 2007 menunjang hasil operasi yang baik dan memiliki pertumbuhan yang lebih dibandingkan tahun-tahun yang lainnya. Jika dilihat berdasarkan RoE, laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk para pemegang saham tahun 2007 merupakan yang paling baik.

Saran

1.    Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan, adapun saran-saran tersebut adalah:

Secara umum PT Astra International Tbk memiliki nilai rasio yang baik, tetapi dilihat dari perbandingan laba bersih di tahun 2009 mengalami penurunan yang diakibatkan adanya krisis financial. Menurut penulis penurunan laba bersih ini mungkin dapat diminimalisasi dan jika bisa diatasi dengan lebih meningkatkan penjualan ekspor, menerapkan efisiensi biaya misalnya dengan menggunakan produk dalam negeri semaksimal mungkin, pengurangan biaya operasi yang bersifat non-esensial. Selain itu perusahaan juga perlu membatasi pengeluaran barang modal dan melakukan pelepasan aktiva dari usaha yang bukan merupakan usaha inti perusahaan sehingga perusahaan dapat lebih fokus lebih untuk meningkatkan kinerja keuangannya.

b.  Dilihat dari rasio aktivitas yaitu working capital turnover, PT Astra Internatioanl memiliki rasio negatif. Menurut penulis kiranya PT Astra International Tbk ini lebih dapat memaksimalkan aset yang dimiliki seoptimal mungkin dalam menunjang kinerja operasi dan keuangan perusahaan, menciptakan keunggulan dari segi harga dengan cara menerapkan biaya seefektif dan seefisien mungkin yang tidak berdampak pada output yang dihasilkan perusahaan.
                          
2.    Berdasarkan analisis yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor dan kreditor, adapun saran-saran tersebut adalah:

a.   Sebaiknya apabila investor berniat melakukan investasi kepada PT Astra International Tbk, lebih baik melakukan investasi jangka panjang dan tidak untuk trading securities. Hal ini dikarenakan adanya kekonsistenan kinerja keuangan dalam periode pendek.

b.   Dan apabila kreditor hendak meminjamkan dananya kepada PT Astra International, kreditor dapat meminjamkannya karena tingkat risiko yang dimiliki semakin berkurang dilihat dari analisis rasio di tahun 2007-2009. Selain dari itu diperkuat oleh fakta dimana PT Astra International Tbk tidak pernah mengalami kesulitan dalam membayarkan utangnya terhadap pihak lain.



DAFTAR PUSTAKA
Google Cendekia
            Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar