Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai
Kinerja Keuangan pada PT Astra International Tbk Periode 2007-2009
Sejak tahun 2008, banyak sekali negara yang mengalami krisis global
termasuk Indonesia. Banyak perusahaan besar mengalami penurunan pendapatan
usaha dikarenakan penurunan market power. salah satu contoh adalah PT
Astra International Tbk, dimana tahun 2008 merupakan tahun yang
membutuhkan antisipasi khusus, mengingat keadaan ekonomi dan pasar otomotif
yang diproyeksikan mengalami penurunan sebagai dampak krisis global yang
mengakibatkan terjadinya krisis finansial. Dengan proyeksi seperti itu, PT
Astra International Tbk mengandalkan dua kekuatan utamanya untuk
mengamankan pendapatan usaha di tahun 2009. Hal ini dikemukakan http://issuu.com/epaper-kmb/docs/bjk03032011 dalam annual
report tahun 2009 yang menggambarkan kondisi perusahaan. Oleh karena itu,
perusahaan memerlukan suatu strategi dan perencanaan yang baik dalam
menjalankan usaha agar tetap bertahan. Untuk itu seorang manajer perlu
menganalisis laporan keuangan untuk mendeskriptifkan kondisi perusahaan dan
bagaimana perusahaan agar lebih efektif dan efisien.
Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan oleh
perusahaan dalam menggambarkan bagaimana kondisi keuangan pada periode
tertentu. Dengan demikian penilaian kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat
dari suatu laporan keuangan yang telah
diterapkan oleh perusahaan guna menghasilkan informasi yang berguna bagi
smua pihak, baik pihak eksternal maupun pihak internal dalam pengambilan
keputusan yang akan diterapkan oleh perusahaan tersebut. Bagi investor selaku
pihak eksternal, laporan keuangan sangat berperan penting dalam memberikan
gambaran mengenai aktivitas keuangan baik dalam kinerja keuangan maupun operasi
perusahaan. Salah satu hal yang dilihat oleh investor dalam berinvestasi adalah
kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari laporan keuangan perusahaan. Oleh
karena itu perusahaan akan selalu mempublikasikan laporan keuangannya agar para
calon investor dapat mengetahui bagaimana kinerja perusahaan dan prospek
perusahaan tersebut ke depan. Dengan kata lain, sebuah laporan keuangan dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi para calon investor saat melakukan investasi.
Dalam perusahaan yang listing di bursa efek laporan keuangan biasanya
bersifat transparan atau dipublikasikan ke masyarakat selaku investor.
Sedangkan pada pihak internal dapat mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan
yang ada pada suatu perusahaan sehingga dapat dengan segera mengambil tindakan
untuk mengatasi kelemahan yang ada dengan melakukan pengambilan keputusan
mengenai strategi dan kebijakan-kebijakan yang akan diambil secara tepat guna
dan mencapai sasaran.
Informasi
yang didapat dari laporan keuangan sangat penting dalam mengetahui posisi
keuangan, hasil-hasil yang dicapai serta kegagalan yang diterima perusahaan.
Oleh sebab itu analisis terhadap laporan keuangan sangatlah penting dalam
menentukan sesuatu yang akan dilakukan di periode berikutnya. Laporan keuangan
dapat memiliki tingkat informasi yang baik apabila dilakukan perbandingan
antara dua tahun atau lebih laporan keuangan dengan menggunakan
analisis-analisis keuangan yang akan menggambarkan kebijakan-kebijakan
perusahaan dan bagaimana perusahaan bertindak (konservatif atau agresif) serta
hasil-hasil yang didapat oleh perusahaan yang akan membantu atau mendukung
keputusan yang akan dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal.
PT Astra Internasional Tbk didirikan pada tahun 1957 dengan nama
PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990, Perseroan mengubah
nama menjadi PT Astra International Tbk dan selanjutnya pada tahun 1997
menjadi PT Astra International Tbk. Sesuai dengan pasal 3
Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan Perseroan adalah perdagangan
umum, perindustrian jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan,
dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan meliputi
perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan
dan penyewaan alat-alat berat, jasa pertambangan, pengembangan perkebunan, jasa
keuangan, dan teknologi informasi.
Analisis
yang akan dilakukan pada laporan keuangan PT Astra International Tbk
tahun 2007-2009 ditujukan penulis agar dapat mengevaluasi dan mengetahui
bagaimana aktivitas perusahaan selama tahun 2007-2009 sehingga penulis dapat
mengetahui aktivitas-aktivitas perusahaan dilihat dari kinerja keuangannya,
kelemahan-kelemahan aktivitas kinerja keuangan perusahaan, kebijakan-kebijakan
perusahaan, dan berupaya memberikan simpulan dan saran dalam memperbaiki
kinerja keuangannya di tahun berikutnya.
Berdasarkan
latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat
mengidentifikasi masalah-masalah yang akan menjadi pokok pembahasan, yaitu
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
analisis laporan keuangan PT Astra International Tbk pada periode
2007-2009?
2.
Bagaimana
kondisi kinerja keuangan perusahaan serta perkembangannya selama periode
2007-2009?
3. Apa masalah yang timbul dari laporan keuangan perusahaan?
4.
Bagaimana
analisis laporan keuangan untuk menilai kinerja keuangan PT Astra International
Tbk pada periode 2007-2009?
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menjelaskan secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik suatu perusahaan, yang dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah yang ada dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Data-data
yang dikumpulkan berupa Laporan Keuangan PT Astra International Tbk
tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Data-data tersebut kemudian digunakan
penulis dengan Analytical Procedures untuk menganalisis laporan keuangan
PT Astra International Tbk dengan membandingkan setiap periode laporan
keuangan menggunakan analisis rasio, analisis vertikal dan analisis horizontal.
Ruang
lingkup yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan
periode tahun 2007 - 2009 pada perusahaan yang go public pada Bursa Efek
Indonesia yaitu PT Astra International Tbk meliputi laporan keuangan
neraca dan laporan laba rugi.
Dalam
penelitian ini, peneliti akan menggunakan lima variabel independen dan satu
variabel dependen, yaitu:
1.
Variabel bebas atau independen (X), terdiri
dari:
a.
Rasio
likuiditas (liquidity ratio) (X1)
b.
Rasio
solvabilitas (leverage ratio) (X2)
c.
Rasio
aktivitas (activity ratio) (X3)
d.
Rasio
profitabilitas (profitability ratio) (X4)
2.
Variabel
tidak bebas atau dependen (Y), adalah kinerja keuangan PT Astra International
Tbk
periode 2007-2009.
Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT Astra International
Tbk yang berupa neraca dan laba rugi. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah data-data keuangan yang berupa neraca, laporan perubahan ekuitas dan
laporan laba rugi PT Astra International Tbk tahun 2007-2009
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
PT International Otoparts Tbk dengan akhir tahun pembukuan pada tanggal
31 Desember 2007, 2008, dan 2009 yang diperoleh dari Indonesia Capital
Market Directory (ICMD).
Pengujian Hipotesis
Uji parsial (Uji-t)
Uji-t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel indepeden
yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen secara parsial
(Ghozali, 2005:55). Hipotesis statistiknya adalah:
H1 : Rasio likuiditas berpengaruh dalam mengevaluasi kemampuan memenuhi
kewajiban jangka pendek.
H2 : Rasio solvabilitas berpengaruh dalam mengetahui sampai seberapa jauh
aktiva perusahaan dimodali oleh modal pinjaman
H3 : Rasio aktivitas berpengaruh dalam mengukur kecepatan dan efektivitas
perusahaan dalam mengelola aset.
H4 : Rasio profitabilitas berpengaruh mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba.
H5 : Rasio pasar berpengaruh dimana rasio yang berhubungan dengan nilai
pasar yang diukur dengan harga saham yang sebenarnya untuk memeroleh nilai
akuntansinya.
Kesimpulan dapat
diambil dengan melihat nilai signifikansi yang terdapat dalam tabel Koefisien
Regresi/Coeficients dengan kriteria Ha
diterima jika nilai signifikansi masing-masing variabel independen lebih kecil
dari tingkat signifikansi a, dimana a adalah 5% (0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Laporan
keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi
keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu
keputusan yang penting bagi perusahaan.
Hasil
yang didapat oleh penulis adalah berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan
pada periode 2007 sampai dengan periode 2009, pada kelompok automotif yang
telah go public yaitu PT Astra International Tbk.
Adapun
metode yang digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah analisis
horizontal (dinamis) dengan menggunakan teknik analisis rasio yaitu teknik
analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau
laporan laba rugi secara individu, atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Adapun
Kinerja Perusahaan PT Astra International Tbk diukur berdasarkan :
Rasio Likuiditas
untuk mengevaluasi kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas
terdiri dari:
a.
Current Ratio
Current
ratio digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini
menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan
jatuh tempo utang. Current ratio dapat dihitung menggunakan rumus
berikut :
Current Ratio = Aktiva
Lancar
Hutang lancar
b.
Quick Ratio
Rasio ini
menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang
lancar. Pada rasio cepat tidak diperhitungkan persediaan karena persediaan
merupakan unsur aktiva lancar yang sulit untuk segera dicairkan, salah satunya
disebabkan karena sering terjadi fluktuasi harga. Quick ratio dapat
dihitung menggunakan rumus berikut :
Quick
Ratio = Kas + setara kas + surat berharga + piutang usaha
Hutang lancar
c.
Collection Period
Rasio ini harus
dibandingkan dengan pesaing untuk melihat apakah kredit yang diberikan, dan
risiko pelanggan, sejalan dengan industri. Sebuah periode penagihan yang tinggi
menunjukkan biaya yang tinggi dalam penyaluran kredit kepada nasabah. Collection
Period dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Collection
Period = Piutang rata-rata
Penjualan : 360
d.
Days to Sell
Inventory
Ukuran kinerja
keuangan perusahaan yang memberikan investor gambaran berapa lama perputaran
persediaan perusahaan menjadi penjualan. Umumnya, semakin rendah akan baik
berdampak kepada perusahaan. Days to Sell Inventory dapat dihitung
menggunakan rumus berikut :
Harga Pokok Penjualan : 360
Hasil penghitungan
rasio likuiditas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International Tbk
periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel I berikut ini:
Tabel I
Rasio Likuiditas
Rasio Likuiditas
|
2007
|
2008
|
2009
|
|
Current ratio
|
0.91
|
0.93
|
1.29
|
|
Quick ratio
|
0.52
|
0.65
|
0.61
|
|
Collection period
|
25
hari
|
52
hari
|
59
hari
|
|
Days to sell inventory
|
29
hari
|
48
hari
|
65
hari
|
Nilai current ratio yang tertinggi di tahun 2009 yang dikarenakan
adanya peningkatan di pos persediaan yang cukup signifikan. Persediaan pada
tahun 2009 yang meningkat lebih dikarenakan adanya jumlah hari untuk menjual
persediaan yang meningkat. Dengan demikian nilai aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan pada tahun 2009 lebih dapat menjamin kewajiban lancar yang harus
dibayarkan dibandingkan tahun 2007 dan 2008 namun karena angka current ratio
ini tidak terlalu besar maka dapat dikategorikan baik bagi PT Astra
International Tbk.
Berdasarkan perhitungan quick ratio dapat diketahui bahwa rasio
tertinggi adalah tahun 2008 yang dikarenakan adanya peningkatan yang cukup
signifikan, yaitu kas dan setara kas dan piutang usaha kepada pihak ketiga
sebagai komponen aktiva lancar PT Astra International Tbk. Hal ini
berarti aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam menghadapi likuiditas
perusahaan sebesar 0.65 kali dari kewajiban lancar perusahaan.
Berdasarkan perhitungan collection period, pada tahun 2009 mengalami peningkatan dan pertumbuhan yang cukup
signifikan. Pengaruh ekonomi dan kebijakan perusahaan berdampak pada hal ini
dan berdampak negatif terhadap perusahaan. Kebijakan perusahaan tersebut untuk
menunjang aktivitas operasional perusahaan. Namun hal ini dapat dikategorikan
kurang baik karena jumlah hari untuk menagih utang perusahaan sebesar 59 hari
dan tidak berbeda jauh dengan waktu dua bulan yang di kategorikan buruk.
Days to sell inventory pun memiliki angka yang tinggi di tahun 2009 yaitu selama
65 hari. Hal ini dikarenakan dampak krisis finansial yang dialami oleh
PT Astra International Tbk di kuartal akhir tahun 2008 serta di tahun
2009 dimana adanya penurunanan penjualan di sektor otomotif yaitu mobil sebesar
20% dan motor sebesar 6,4%. Bagian usaha ini adalah bagian utama dari PT Astra International
Tbk, itu berarti perputaran persediaan terhadap penjualan perusahaan kurang
baik karena semakin lama semakin buruk apalagi nilai rasio jumlah hari untuk
menagih persediaan ini diatas dua bulan dan dapat dikategorikan sangat buruk.
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas (leverage ratio) untuk mengetahui sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dimodali oleh modal pinjaman. Rasio ini
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun assets,
atau dengan kata lain kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua
utang-utangnya, baik utang jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari :
a.
Debt to Equity
Ratio
Rasio ini
menggambarkan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan
dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi
seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
Debt to Equity Ratio = Total
kewajiban
Ekuitas Pemegang Saham
b.
Long Term Debt to
Equity Ratio
Rasio ini harus
digunakan bersama dengan informasi keuangan lainnya untuk menentukan apa yang
sesuai. Sebuah perusahaan mungkin menguntungkan baik disajikan untuk mengambil
utang baru dalam rangka meningkatkan keuntungan tambahan. Long Term Debt to
Equity Ratio dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Ekuitas pemegang saham
c.
Times Interest
Earned
Rasio ini digunakan
untuk menunjukkan sejauh mana yang laba yang tersedia untuk memenuhi pembayaran
bunga. Times Interest Earned dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Times Interest Earned = Laba
sebelum pajak dan beban bunga
Beban
bunga
Hasil
penghitungan rasio solvabilitas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International
Tbk periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel II berikut ini :
Tabel II
Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas
|
2007
|
2008
|
2009
|
Debt to equity ratio
|
1.12
|
1.32
|
1.14
|
Long term debt to equity ratio
|
0.38
|
0.37
|
0.35
|
Time interest earned
|
16.68
|
24.23
|
32.56
|
Dilihat dari debt
equity ratio dilihat bahwa pada tahun 2008 pada PT Astra International
Tbk memiliki nilai yang besar namun memiliki pertumbuhan penurunan di tahun
2009. Hal ini berarti lemahnya ekuitas perusahaan dalam menutupi utang yang
diambil oleh perusahaan. Selain itu adanya alternatif pemilihan penggunaan
utang daripada penanaman modal oleh pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan
berdampak negatif terhadap perusahaan.
Hal
yang sama terjadi pada long term debt to equity ratio, karena pada tahun
2007 juga yang memiliki nilai rasio yang lebih tinggi. Disini dapat dilihat
bagaimana perusahaan mencoba mengambil utang baru demi meningkatkan hasil
perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Terlihat dimana
meningkatnya pinjaman utang dari pihak ke tiga dan kepada pihak yang memiliki
hubungan istimewa. Semakin tinggi rasio ini akan berdampak negatif terhadap
perusahaan.
Berdasarkan
times interest earned, pada tahun 2009 memiliki angka rasio yang tinggi.
Hal ini berarti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sebelum pajak
dapat sesuai dan baik terhadap beban bunga atas sebagian pinjaman. Disini
bagaimana pemilik saham PT Astra International Tbk baik dalam mengambil
alternatif utang yang menghasilkan keuntungan tambahan dari selisih beban bunga
atas pinjaman yang dilakukan terhadap laba sebelum pajak PT Astra International
Tbk.
Rasio Aktivitas
Rasio
aktivitas (activity ratio) untuk mengukur kecepatan dan efektivitas
perusahaan dalam mengelola assets. Rasio aktivitas terdiri dari :
a.
Cash
Turnover
Rasio ini berfungsi
untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk
membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Cash Turnover dapat
dihitung menggunakan rumus berikut :
Cash Turnover = Penjualan
Rata-rata kas dan setara kas
Cash Turnover = Penjualan
Rata-rata kas dan setara kas
b.
Account Receivable
Turnover
Jumlah rata-rata waktu yang diperlukan bagi
suatu usaha untuk mengumpulkan pada surat piutang. Hal ini dihitung dengan
mengalikan jumlah piutang usaha dengan jumlah hari dalam suatu periode tertentu
dan membagi ke dalam jumlah total penjualan kredit. Perputaran piutang
usaha adalah cara untuk menentukan bagaimana risiko kredit bisnis dibandingkan dengan pesaingnya. Account
Receivable Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Account
Receivable Turnover
= Penjualan
Rata-rata piutang usaha
c.
Inventory Turnover
Rasio perputaran
persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini
digunakan untuk menilai efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa
baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Inventory Turnover dapat dihitung
menggunakan rumus berikut:
Inventory
Turnover =
Harga pokok penjualan
Rata-rata
persediaan
d.
Working Capital
Turnover
Rasio ini merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan
yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari
pengurangan antara aktiva lancar dan utang lancar. Working Capital Turnover dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
Working Capital
Turnover
= Penjualan
Rata-rata model kerja
e.
Fixed Asset
Turnover
Rasio ini mengukur
efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan
peralatan dalam rangka menghasilkan penjualan, atau beberapa rupiah penjualan
bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvetasikan pada aktiva tetap. Fixed Asset Turnover dapat
dihitung menggunakan rumus berikut :
Fixed Asset Turnover = Penjualan
Rata-rata aktiva tetap
f.
Total Asset
Turnover
Rasio ini
menunjukan efektivitas penggunaan seluruh assets perusahaan dalam rangka
menghasilkan penjualan atau menggambarkan beberapa rupiah penjualan bersih yang
dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta
perusahaan. Jika perputaranya lambat, ini menunjukan bahwa aktiva yang dimiliki
terlalu besar dibandingkan dengan kemampuan untuk menjual. Total Asset
Turnover dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Total Asset Turnover = Penjualan
Total
aktiva
Hasil
penghitungan rasio solvabilitas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International
Tbk periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel III berikut ini :
Tabel III
Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas
|
2007
|
2008
|
2009
|
Cash turnover
|
12.77
|
5.8
|
4.63
|
Account receivable turnover
|
14.35
|
6.98
|
6.12
|
Inventory turnover
|
12.51
|
3.75
|
5.53
|
Working capital turnover
|
-22.61
|
-9.69
|
5.88
|
Fixed assets turnover
|
1.63
|
1.03
|
1.03
|
Total assets turnover
|
1.16
|
0.69
|
0.57
|
Cash
turnover pada tahun 2007
pada PT Astra International Tbk memiliki angka rasio yang paling
besar yaitu 12,77 dibandingkan dengan tahun 2008 dan tahun 2009. Hal ini
berarti, tingkat efisiensi pengelolaan kas terhadap penjualan yang baik dari
tahun 2007 dan 2008. Terdeskripsikan bagaimana efisiensi kas dan setara kas
perusahaan dapat di optimalkan seoptimal mungkin. Hal ini dilakukan oleh PT
Astra Internasional untuk memperbaiki kinerja yang menurun karena di tahun 2005
tepatnya di kuartal terakhir terjadi kenaikan bahan bakar dunia sehingga
mengakibatkan peningkatan biaya serta penurunan pendapatan karena melemahnya
pasar akan permintaan produk-produk dari PT Astra International Tbk ini.
Dari
perhitungan di atas bahwa rasio account receivable turnover tertinggi
adalah pada tahun 2007 sebesar 14,35, berarti bagaiamana adanya pengalokasian
piutang yang baik untuk menghasilakan aktivitas operasi yang baik dan tingkat
resiko atas kredit yang diberikan kepada pihak lain dapat berkurang. Pada tahun
2008 dan 2009 tingkat piutang meningkat lebih disebabkan strategi PT Astra International
Tbk untuk meningkatkan permintaan pasar untuk perusahaan induk maupun subsidiary
dimana dampak krisis berusaha di minimalisasi.
Dari
perhitungan diatas diatas bahwa rasio inventory turnover tertinggi
adalah pada tahun 2007 sebesar 12,51. Dalam hal ini berarti pada tahun tersebut
tingkat efisiensi pengelolaan persediaan perusahaan yang baik dalam menunjang
hasil operasi dan kinerja perusahaan. Tingkat aktivitas yang baik digunakan
perusahaan untuk menutupi sebagian utangnya pada tahun 2008 dari tahun ke tahun
karena apabila dilihat dari rasio pada tahun 2007 terlihat bagaimana PT Astra International
Tbk lebih mendanai dan membiayai assets dengan mengambil utang.
Sedangkan pada tahun 2009 mengalami kenaikan kembali dampak dari krisis finansial
dimana terjadi penurunan permintaan terhadap produk PT Astra International Tbk
di sektor otomotif yaitu mobil sebesar 20% dan motor sebesar 6,4%.
Dilihat
dari working capital ratio, angka yang positif hanya di tahun 2009
sebesar 5,88. Hal ini berarti bagaimana modal kerja perusahaan dalam menunjang
penjualan dapat seoptimal mungkin diputar untuk menghasilkan pendapatan. Dan
hal itu lebih kepada current assets perusahaan dibandingkan utang
lancar perusahaan. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 memiliki working
capital ratio negatif yaitu sebesar -22,61 dan -9,69. Hal ini berarti
porporsi utang usaha lebih besar dibandingkan aset lancar yang dimiliki
perusahaan dalam menunjang penjualan. Hal ini tidak terlepas dari alternatif
pilihan PT Astra International Tbk dalam mengambil utang sebagai pendanaan
dan pembiayaan aset namun pembiayaan dari utang itu terbilang golongan conservative,
dimana ada sebagian utang yang terus menerus diambil oleh perusahaan memiliki
proporsi tersendiri terhadap peningkatan investasi baik dalam periode jangka
pendek maupun jangka panjang di tahun tertentu pada investasi PT Astra International
Tbk.
Dari perhitungan diatas rasio perputaran aktiva tetap yang paling tinggi
adalah pada tahun 2007 sebesar 1,63, karena adanya hasil dari perputaran aktiva
tetap yang baik sehingga penjualan meningkat lebih besar pertumbuhannya
dibandingkan dengan pertumbuhan aktiva tetap. Berdasarkan hasil rasio
perputaran total aktiva, tahun 2009 memiliki angka yang paling rendah. Hal ini
berarti bagaimana pemanfaatan total aktiva yang dimiliki perusahaan yang baik
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2008 dan 2009. Dalam analisis
aktivitas terutama berhubungan dengan assets perusahaan, perusahaan
lebih cenderung berusaha memanfaatkan assets yang ada secara optimal dan
semaksimal mungkin untuk menutupi utang perusahaan terlihat dari analisis rasio
aktivitas di tahun 2007 yang semakin optimum dan pengurangan jumlah kewajiban
yang harus diserahkan oleh PT Astra
International Tbk.
Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas (profitability ratio) untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari :
a.
Gross Profit Margin
Margin yang mengukur tingkat keuntungan kotor
perusahaan. Semakin tinggi margin laba kotor perusahaan, semakin bagus, karena
itu artinya biaya produksi perusahaan itu rendah. Sebaliknya, semakin rendah margin
laba kotor semakin tinggi biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Gross
Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Gross
Profit Margin =
Penjualan – Harga pokok penjualan
Penjualan
b.
Operating Profit
Margin
Rasio ini mengukur
tingkat keuntungan perusahaan dari kegiatan operasi utamanya. Semakin tinggi
margin laba operasi perusahaan, semakin bagus perusahaan itu. Operating Profit
Margin dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
Operating Profit Margin = Laba operasi
Penjualan
c.
Pretax Profit
Margin
Rasio mengukur
tingkat keuntungan sebelum pajak. Semakin tinggi margin laba sebelum pajak maka
pajak yang dibayarkan akan semakin tinggi namun semakin tinggi laba sebelum
pajak ini berdampak positif terhadap perusahaan. Pretax Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus
berikut :
Pretax Profit Margin = Laba sebelum pajak
Penjualan
d. Net Profit Margin
Rasio menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mencetak laba bersih (penjualan dikurangi semua
biaya dan pajak). Semakin tinggi margin laba bersih semakin bagus karena itu
berarti perusahaan mampu mencetak tingkat keuntungan yang tinggi. Diharapkan,
ia juga bisa membagikan dividen yang tinggi pula untuk pemegang saham. Net
Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
e. Return on Assets
Rasio yang mengukur
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan. Return on Asset dapat
dihitung menggunakan rumus berikut :
Return on Assets =
f. Return
on Equity
Kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tersedia untuk pemegang saham. Semakin tinggi
ROE semakin bagus perusahaan tersebut. Return on Equity dapat dihitung
menggunakan rumus berikut :
Return on Equity = Laba bersih
Total ekuitas pemegang saham
Hasil
penghitungan rasio profitabilitas berdasarkan laporan keuangan PT Astra International
Tbk periode 2007-2009 dapat dilihat pada tabel IV berikut ini:
Gross profit margin PT
Astra International Tbk tertinggi terdapat di tahun 2008 sebesar
23,49%. Hal ini berarti adanya penurunan jumlah kos produksi unit barang yang
akan dijual dan adanya pertumbuhan penjualan yang relatif stabil di tahun
sebelumnya. Penurunan biaya produksi selain adanya kestabilan kondisi eksternal
maupun internal perusahaan, adanya strategi perusahaan untuk meningkatkan
penjualan di tahun 2009. Penurunan harga pokok produksi juga merupakan strategi
PT Astra International Tbk untuk meningkatkan penjualan bagian bidang
perusahaan yang terkena dampak sebagai suatu yang dapat meminimalisasi dampak
krisis tersebut. Dampak krisis finansial terhadap beberapa bagian usaha PT
Astra International terutama bagian otomotif berdampak pada perusahaan
namun ada bagian usaha seperti batu bara dan minyak kelapa sawit milik PT Astra
International yang mengalami peningkatan yang dapat meminimalisasi
krisis tersebut. Harga pokok yang relatif kecil mungkin akan mengurangi pendapatan
bersih perusahaan namun akan membantu perusahaan dapat meningkatkan persaingan
di bidang harga.
Berdasarkan hasil perhitungan operating profit margin, nilai
rasio yang tertinggi di tahun 2008 sebesar 14,29%. Hal ini berarti perusahaan
perusahaan lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dalam hal pencapaian laba
dari kegiatan operasinya. Peningkatan margin laba operasi lebih dikarenakan
kestabilan ekonomi di tahun 2007 dan tahun 2008 sehingga dilakukan penurunan
biaya penunjang penjualan seperti pemasaran dan lain-lain, walau kita tahu
bahwa krisis terjadi di tahun 2008 namun hal itu tidak terlalu berdampak pada
tahun 2008 melainkan pada tahun 2009 dimana ada sebagian bagian usaha PT Astra International
yang memiliki penurunan yang cukup signifikan, contohnya bagian usaha otomotif
yang merupakan bagian usaha utama PT Astra International Tbk dimana
penjualan mobil turun sebesar 20%, motor 6,4% dan bagian usaha yang lainya.
Pretax profit margin tertinggi terdapat di tahun 2008 disini berarti kemampuan
perusahaan baik dalam segi operasi dan non operasi baik dibandingkan tahun
sebelumnya. Kemampuan laba diluar operasi perusahaan mengalami kenaikan di
tahun 2008 yang terbesar dan tahun 2009. Namun demikian tarif pajak pada tahun
ini mengalami jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua tahun
sebelumnya.
Dilihat dari perhitungan rasio diatas, rasio laba bersih merupakan hal
yang paling memberikan informasi yang spesifik. Tingkat rasio terbesar pada
tahun 2008, yang berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih baik dan menjanjikan untuk berinvestasi dan sebagai sarana bagi kreditor
PT Astra International Tbk untuk menilai risiko atas pinjaman yang
diberikan sewaktu-waktu kepada PT Astra International Tbk.
Tingkat pengembalian asset (ROA) tertinggi di tahun 2008. Hal ini
berarti kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk
menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan baik dan sesuai dengan
ekspektasinya.
Berdasarkan rasio tingkat pengembalian asset (ROE), nilai tertinggi di
tahun 2007. Hal ini berarti kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
tersedia untuk pemegang saham cukup baik dan menjanjikan terhadap investor
dibandingkan tahun 2008 dan 2009. Namun hal ini tidaklah cukup baik karena
risiko yang tinggi atas pinjaman guna mencapai pendapatan bersih tersebut lebih
banyak proporsinya kepada utang untuk membiayai aktiva perusahaan dimana
terlihat pada modal kerja pada tahun 2007 yaitu sebesar -2688.
SIMPULAN
DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil analisis keuangan yang penulis lakukan terhadap penilaian
kinerja keuangan pada perusahaan PT Astra International Tbk, maka dapat
ditarik simpulan sebagai berikut:
1.
Analisis laporan keuangan untuk menilai
kinerja.
Dari hasil analisis
yang telah dilakukan maka penulis menyimpulkan bahwa analisis laporan keuangan
dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena hasil dari analisis
akan dapat menghilangkan situasi ketidakpastian dalam informasi sehingga
keputusan yang diambil lebih tepat, misalnya dalam hal keputusan investasi,
efisiensi operasi, dan penentuan laba di masa yang akan datang.
2.
Kondisi
kinerja keuangan PT Astra International Tbk serta perkembangannya selama
periode 2007-2009.
Berdasarkan
analisis laporan keuangan yang telah dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa dari keempat rasio yang digunakan memiliki perkembangan yang cukup
signifikan terdapat pada rasio aktivitas dimana tingkat keefisienan aktivitas
perusahaan terbaik dimiliki pada tahun 2007, sedangkan di tahun berikutnya
memiliki rasio yang berkurang secara signifikan. Pada tahun 2007 aktivitas yang
dimiliki perusahaan efektif lebih dikarenakan adanya sebagian utang yang
diproporsikan untuk meningkatkan kinerja baik jangka pendek maupun jangka
panjang, sedangakan pada tahun selanjutnya penurunan lebih dikarenakan adanya
krisis finansial dan adanya penurunan penerimaan utang perusahaan terhadap
pembiayaan aset dan investasi perusahaan.
3.
Permasalahan
yang timbul dari laporan keuangan PT Astra International Tbk.
Permasalahan yang timbul itu lebih diakibatkan dari adanya krisis yang terjadi
di kuartal akhir tahun 2008 yang memaksa perusahaan mengurangi proporsi utang
yang diambil oleh perusahaan guna membiayai aset dan investasi. Hal itu terjadi
karena selain terjadi krisis finansial adanya krisis subprime mortage
sehingga suku bunga menjadi tinggi. Krisis juga mengakibatkan aktivitas yang
dimiliki PT Astra International Tbk tidak seefektif di tahun 2007,
berbanding terbalik dengan tahun 2009 dimana aktivitas perusahaan paling tidak
optimal sehingga berdampak pada penurunan rasio profitabilitas.
4. Kinerja keuangan pada PT Astra International Tbk.
Kemampuan
perusahaan dalam mengatasi masalah likuidasi yang baik terdapat pada tahun 2009
dimana current assets perusahaan dapat menutupi utang jangka pendek
perusahaan. Pada tahun 2008 PT Astra International Tbk memiliki tingkat
pertumbuhan utang yang tinggi untuk membiayai aset dan meningkatkan kinerja
perusahaan serta meminimalisasikan dampak krisis pada perusahaan yaitu krisis financial
yang mengakibatkan beberapa bagian usaha PT Astra International
mengalami penurunan pendapatan yang cukup besar, sehingga dalam peminjaman
utang bisa lebih dikategorikan konservatif yang dikarenakan utang yang diambil
oleh perusahaan berbanding positif dengan hasil yang dicapai perusahaan.
Aktivitas yang paling optimum terjadi di tahun 2007 kecuali working capital
turnover dimana jumlah utang lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar
dibandingkan dengan aset lancar perusahaan. Pada tahun 2008 dan 2009 utang
lancar terhadap aset lancar mengalami penurunan karena jumlah sebagian utang
lancar yang dimiliki oleh perusahaan digunakan untuk membiayai aset. Tahun 2008
merupakan tahun dimana pencapaian profitabilitas yang paling baik walaupun
diketahui terjadi krisis pada kuartal akhir di tahun tersebut, sehingga dampak
yang dirasakan oleh perusahaan lebih mengarah pada tahun 2009 dimana terjadi
penurunan operasi PT Astra International Tbk. Aktivitas yang baik di
tahun 2007 menunjang hasil operasi yang baik dan memiliki pertumbuhan
yang lebih dibandingkan tahun-tahun yang lainnya. Jika dilihat berdasarkan RoE,
laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk para pemegang saham tahun 2007
merupakan yang paling baik.
Saran
1. Berdasarkan
analisis yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya penulis akan mengemukakan
pokok-pokok pikiran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
perusahaan, adapun saran-saran tersebut adalah:
Secara umum PT Astra International Tbk
memiliki nilai rasio yang baik, tetapi dilihat dari perbandingan laba bersih di
tahun 2009 mengalami penurunan yang diakibatkan adanya krisis financial.
Menurut penulis penurunan laba bersih ini mungkin dapat diminimalisasi dan jika
bisa diatasi dengan lebih meningkatkan penjualan ekspor, menerapkan efisiensi
biaya misalnya dengan menggunakan produk dalam negeri semaksimal mungkin,
pengurangan biaya operasi yang bersifat non-esensial. Selain itu
perusahaan juga perlu membatasi pengeluaran barang modal dan melakukan pelepasan
aktiva dari usaha yang bukan merupakan usaha inti perusahaan sehingga
perusahaan dapat lebih fokus lebih untuk meningkatkan kinerja keuangannya.
b. Dilihat
dari rasio aktivitas yaitu working capital turnover, PT Astra Internatioanl
memiliki rasio negatif. Menurut penulis kiranya PT Astra International
Tbk ini lebih dapat memaksimalkan aset yang dimiliki seoptimal mungkin dalam
menunjang kinerja operasi dan keuangan perusahaan, menciptakan keunggulan dari
segi harga dengan cara menerapkan biaya seefektif dan seefisien mungkin yang
tidak berdampak pada output yang dihasilkan perusahaan.
2. Berdasarkan
analisis yang telah dikemukakan diatas, selanjutnya penulis akan mengemukakan
pokok-pokok pikiran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
investor dan kreditor, adapun saran-saran tersebut adalah:
a. Sebaiknya
apabila investor berniat melakukan investasi kepada PT Astra International
Tbk, lebih baik melakukan investasi jangka panjang dan tidak untuk trading
securities. Hal ini dikarenakan adanya kekonsistenan kinerja keuangan
dalam periode pendek.
b.
Dan
apabila kreditor hendak meminjamkan dananya kepada PT Astra International,
kreditor dapat meminjamkannya karena tingkat risiko yang dimiliki semakin
berkurang dilihat dari analisis rasio di tahun 2007-2009. Selain dari itu
diperkuat oleh fakta dimana PT Astra International Tbk tidak pernah
mengalami kesulitan dalam membayarkan utangnya terhadap pihak lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Google Cendekia
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2000. Analisis
Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Munawir. 2004. Analisis
Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar